Selasa, 29 November 2011

dermatitis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dermatitis kontak terhadap nikel merupakan masalah yang semakin lama semakin
berkembang dan semakin banyak dijumpai.1,2 Terbukti selama sepuluh tahun terakhir ini
frekuensi dari dermatitis kontak nikel semakin lama semakin meningkat.3 Marigo dan Nouer
(2003), melaporkan bahwa diperkirakan sekitar 15% sampai 30% penduduk Amerika dan Eropa
menderita dermatitis kontak nikel.3 Berdasarkan penelitian dari Thyssen dan Maibach (2008),
dilaporkan bahwa hasil dari uji tempel terhadap nikel yang dilakukan pada 400 penduduk
Amerika, dijumpai hasil positif terhadap nikel pada 5,8% dewasa dan 12,9% anak-anak.1 Pada
populasi secara umum, dilaporkan sekitar 7% - 28% populasi alergi terhadap nikel, dengan
perbandingan antara pria dan wanita 1:8.2,3 Menurut penelitian Rui, Bovenzi dan Prodi (2009) di
Italia, dermatitis kontak alergi nikel ini paling banyak dijumpai pada wanita dengan kelompok
usia antara 26-35 tahun, bila dibandingkan dengan kelompok usia muda (15-25 tahun) dan usia
tua (diatas 45 tahun).4 Maibach dan Menne (1989), melaporkan bahwa Nikel adalah penyebab
tersering dermatitis kontak pada beberapa negara.4 Sedangkan Boscolo (1999) melaporkan
bahwa pada Negara-negara industri, kira-kira 8-14% wanita dan 1-2% pria tersensitisasi oleh
nikel.5 Sedangkan pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Schubert dan Berova terhadap 8
klinik di 5 negara, didapatkan bahwa dermatitis kontak alergi nikel dijumpai sebanyak 176 kasus
(7,3%), dimana 19 kasus adalah pria dan sisanya sebanyak 157 kasus adalah wanita dan sebagian
besar kasus disebabkan karena pemakaian perhiasan imitasi (31,8%), jam tangan (23,3%) dan
kancing celana (3,4%).5

Di Jakarta sejak 10 tahun terakhir, nikel selalu menduduki peringkat teratas sebagai
penyebab dermatitis kontak yaitu ± sebesar 59%. Sedangkan di kota Medan, data yang didapat
dari penelitian sebelumnya tentang prevalensi dermatitis kontak nikel sejak tahun 1992 – 1994,
dijumpai bahwa nikel menduduki peringkat keempat sebagai penyebab dermatitis kontak alergi,
namun pada tahun 1997 nikel menduduki tempat teratas sebagai penyebab dermatitis kontak
alergi, yaitu sebesar 45%.6
Menurut penelitian yang dilakukan Roesyanto-Mahadi (1992) tentang alergen terbanyak
yang menjadi penyebab dermatitis kontak di RS. Dr. Pirngadi pada tahun 1991-1992 yang
dilakukan pada 114 penderita dengan sangkaan dermatitis kontak, didapatkan hasil nickel
sulphate 5% sebagai alergen penyebab dermatitis kontak terbanyak, yaitu sebanyak 26 pasien
(22,81%).7
Di RSUP H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis
selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik alergi dan imunologi dimana 201
pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak alergi. Dari bulan Januari hingga Juni 2001
terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak. Sedangkan selama
bulan Juli 2009 – Oktober 2010 terdapat 905 pasien di poliklinik alergi dan imunologi, 714
pasien (78,8%) menderita dermatitis kontak alergi dan dari 36 pasien yang dilakukan uji tempel,
11 pasien positif terhadap alergi terhadap nikel.(data tidak dipublikasikan,Desember,2010)
Nikel yang berada pada urutan keempat dari logam-logam yang sering digunakan adalah
suatu elemen logam yang berasal dari alam, mudah dijumpai dimana saja seperti tanah, air, udara
maupun makanan sehingga paparannya sangat sulit dihindari.9

Kontak dengan peralatan yang mengandung nikel secara terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadi dermatitis kontak nikel, dimana nikel dapat
merangsang terjadinya reaksi kulit dan mukosa yang menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi.3
Marigo dan Nouer (2003), melaporkan hasil dari penelitian mereka tentang profil
imunologis pada pasien dermatitis kontak nikel, didapatkan bahwa terjadi perubahan kadar yang
signifikan pada kadar Interferon-γ dan Interleukin-5 pada kadar serum yang diuji melalui
pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assays (ELISA), yaitu dijumpai penurunan kadar
Interferon-γ dan peningkatan kadar Interleukin-5 yang signifikan.3
Czarnobilska dan Jenner (2009), menyatakan bahwa kadar sekresi dari IL-5 berhubungan
dengan intensitas reaksi uji tempel positif nikel dan kemungkinan terdapat hubungan antara
kadar IL-5 dalam serum dengan derajat kepositifan uji tempel terhadap nikel.11
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jelaslah ada hubungan antara
nilai kadar IL-5 dalam serum serta dijumpainya peningkatan kadar IL-5 pada penderita
dermatitis kontak nikel. Dan walaupun paparan nikel dapat terjadi melalui inhalasi, ingesti dan
kontak langsung, tetapi disini yang akan diteliti hanya paparan melalui kontak langsung yang
dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi nikel. Penelitian-penelitian sebelumnya masih
belum memberikan gambaran mengenai korelasi derajat kepositifan uji tempel terhadap nikel
dengan nilai IL-5 dalam serum penderita dermatitis kontak nikel.
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara kadar IL-5 dalam serum dan derajat kepositifan uji tempel
pada pasien dermatitis kontak nikel ?

1.3 Hipotesis
Semakin tinggi kadar IL-5 dalam serum maka semakin tinggi derajat kepositifan uji
tempel pada pasien dermatitis kontak nikel.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara kadar IL-5 dalam serum dan derajat
kepositifan uji tempel pada pasien dermatitis kontak nikel.
1.4.2. Tujuan khusus :
A. Untuk membandingkan kadar IL-5 dalam serum pada penderita dermatitis
kontak nikel dengan hasil uji tempel positif dengan penderita yang diduga
dermatitis kontak nikel dengan hasil uji tempel nikel negatif
B. Untuk mengetahui perbedaan kadar IL-5 berdasarkan kelompok umur pada
penderita dermatitis kontak nikel
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1. Membuka wawasan mengenai peranan IL-5 dalam kaitannya dengan
patogenesis dermatitis kontak nikel.
1.5.2. Sebagai data bagi penelitian selanjutnya dalam hal evaluasi peranan
sitokin-sitokin lain dalam patogenesis dermatitis kontak nikel.
1.5.3. Sebagai dasar untuk mencari pengobatan yang lebih spesifik terhadap
pasien dermatitis kontak nikel.

1.6. Kerangka Teori

1.7 Kerangka Konsep





Tidak ada komentar:

Posting Komentar